Nafasnya tersengal, tubuhnya kian kurus dan lemah. Hari berganti, dagangan yang dibawanya tetap tak laku. Di emperan toko itulah Mbah Badriyah (68) bertahan hidup, sendirian tanpa rumah, tanpa keluarga yang mendampingi.

Setiap hari, beliau menjajakan pisang, telur, hingga kerupuk seadanya. “Apa saja saya jual, Mas... asal bisa makan hari itu,” ucap Mbah Badriyah lirih.

Namun sering kali, dagangannya tak terjual seharian. Bahkan saat azan Maghrib berkumandang, perutnya masih kosong. Tubuhnya mulai gemetar menahan lapar dan lelah, hingga tertidur di emperan toko tanpa alas.

Dulu, beliau hidup bersama suaminya. Tapi sejak kepergian sang suami, hidup Mbah Badriyah berubah drastis. Ia harus berjuang sendiri. Perselisihan dengan saudara membuatnya meninggalkan rumah dan hidup berpindah-pindah, tidur di depan ruko yang kadang harus ia tinggalkan karena diusir pemiliknya.

Di usia senjanya, Mbah Badriyah seharusnya bisa beristirahat dan menikmati masa tua. Tapi kenyataannya, beliau masih harus berjualan demi bertahan hidup. Bahkan, saat belum ada satupun barang dagangannya yang laku, beliau hanya bisa menangis menahan lapar.

Apakah kita akan membiarkan seorang lansia seperti Mbah Badriyah terus berjuang sendirian di tengah kerasnya hidup?
#SahabatBaik, Mari bersama ulurkan tangan untuk membantu Mbah Badriyah.
Caranya mudah:
✨ Klik tombol "DONASI SEKARANG"
✨ Masukkan nominal donasi
✨ Pilih metode pembayaran:
Virtual Account (VA), Instant Wallet, Bank Transfer, QRIS, atau Kartu Kredit
Terima kasih, #SahabatBaik

Disclaimer : Merawat Indonesia tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Nn
2 minggu yang laluSemoga sehat selalu